![](https://muslim.or.id/wp-content/uploads/2014/01/jubah-thobes.jpg)
![Cara Berpakaian Menurut Islam Untuk Laki-laki](https://muslim.or.id/wp-content/cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/webicons/2.0.0/webicons/webicon-facebook.png?alt=Pakaian-Pria-Muslim)
![Adab Berpakaian Laki Laki](https://muslim.or.id/wp-content/cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/webicons/2.0.0/webicons/webicon-twitter.png?alt=Pakaian-Syar)
![Adab Berpakaian Menurut Islam Bagi Laki Laki](https://muslim.or.id/wp-content/cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/webicons/2.0.0/webicons/webicon-googleplus.png?alt=Adab-Berpakaian-Dalam-Islam-Untuk-Laki-laki)
![Adab Berpakaian Bagi Laki Laki](https://muslim.or.id/wp-content/cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/webicons/2.0.0/webicons/webicon-linkedin.png?alt=Adab-Berpakaian-Khusus-Pria)
![Cara Berpakaian Pria Menurut Syariat Islam](https://muslim.or.id/wp-content/cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/webicons/2.0.0/webicons/webicon-pinterest.png?alt=Adab-Berpakaian-Lelaki-Muslim)
Bismillaah..
Pakaian merupakan nikmat agung yang
telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, supaya mereka menutup
aurat mereka dengannya. Kemudian, Allah menambahkan kenikmatan tersebut
dengan menganugerahkan ‘riyaasy’ (pakaian indah) sebagai perhiasan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai
anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian
untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang lebih baik. Hal itu semua merupakan ayat-ayat
Allah, supaya mereka berdzikir mengingat-Ku.” (QS. al-A’raf : 26).Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya memperhatikan ada-adab yang berkaitan dengan pakaian, diantaranya :
Wajib menutup aurat
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya terhadap ayat di atas, “Allah telah memberikan kenikmatan kepada hamba-hamba-Nya berupa pakaian dan raisy
(pakaian indah). Pakaian digunakan untuk menutup aurat, dimana hal ini
merupakan perkara yang wajib; sedangkan raisy digunakan untuk perhiasan,
dimana hal ini merupakan penyempurna dan tambahan.” (Tafsirul Quranil ‘Adziim).
Menutup aurat merupakan adab mulia yang diperintahkan dalam
agama islam. Bahkan, seseorang dilarang melihat aurat orang lain,
karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan, dimana syariat menutup
semua celah terjadinya kerusakan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya. ….” (HR. Muslim, 338) Jumhur ulama mengatakan bahwa aurat laki-laki ialah dari lutut hingga pusar.
Mengenakan pakaian sederhana
Hendaknya seorang muslim meninggalkan pakaian mewah dan
mahal. Hal ini dapat menjauhkannya dari sifat sombong, dan menjadikannya
dekat dengan orang-orang sederhana dan miskin. Selain itu, Allah akan
menjauhkannya dari sifat suka berfoya-foya, serta perasaan iri dan
dengki dari sesama muslim. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
meninggalkan suatu pakaian dengan niat tawadhu’ karena Allah, sementara
ia sanggup mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat
di hadapan seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih
perhiasan iman mana saja yang ingin ia pakai.” (HR. Ahmad, dan Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahaadist ash-Shahiihah : 718)
Memulai dari sebelah kanan
Ummul mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
suka mendahulukan bagian kanan daripada bagian yang kiri ketika
mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang
mulia).” (Muttafaqun ‘alaih)
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Kaidah
dalam syariat bahwasanya disunnahkan memulai dengan kanan dalam semua
urusan yang berkaitan dengan kemuliaan dan keindahan. ” (Syarh Muslim : 1/3/160)
Memakai pakaian Putih
Pakaian berwarna putih lebih baik dari pakaian berwarna lain, walaupun itu tidak terlarang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pakailah
pakaian berwarna putih, karena pakaian berwana putih lebih suci dan
lebih baik. Kafankanlah jenazah kalian dengan kain putih” (HR. Ahmad, an-Nasaa’i, dan selain keduanya, lihat Shahiihul Jaami’ : 1235)
Tidak mengenakan pakaian syuhrah (sensasional)
Dikatakan pakaian syuhrah karena pakaian tersebut
membuat pemakainya menjadi pusat perhatian, baik karena jenis pakaian
tersebut sangat mewah, atau sangat berbeda dengan kebanyakan orang, atau
pakaian tersebut sudah sangat lusuh dan compang-camping, atau pakaian
tertentu yang dipakai agar menjadi terkenal.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
memakai pakaian syuhrah, maka Allah akan memakaikan pakaian yang serupa
pada hari kiamat nanti. Kemudian, dalam pakaian tersebut akan
dinyalakan api Neraka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahiihul Jaami’ : 6526)
Tidak memanjangkan pakaian hingga melewati mata kaki (isbal)
Hadis-hadis yang melarang isbal (bagi laki-laki) sangat banyak, bahkan mencapai batas hadis mutawatir maknawi.
Hadits-hadits dalam masalah ini diriwayatkan dari banyak shahabat,
seperti : Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Huraira, Anas, Abu
Dzar, dan selain mereka radiyallahu ‘anhum ajma’iin.
Diantara hadis-hadis tersebut ialah
- Sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Kain sarung yang terjulur di bawah mata kaki tempatnya ialah di neraka.” (HR. Bukhari : 5787)
- Beliau juga bersabda, “Tiga macam orang yang pada hari kiamat nanti Allah tidak akan mengajak bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih.” Kemudian beliau melanjutkan, “(Yaitu) musbil (orang yang isbal), mannaan (orang yang mengungkit-ungkit pemberian), dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh al-Albaaniy)
Oleh karena itu, pengharaman isbal secara umum bagi laki-laki merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama.
Isbal dan kesombongan
Isbal merupakan dosa besar jika disertai dengan
kesombongan. Isbal juga tetap diharamkan, menurut pendapat yang paling
kuat, walaupun tanpa disertai kesombongan, karena isbal itu sendiri
merupakan kesombongan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hati-hatilah kamu dari isbal, karena sesungguhnya isbal merupakan kesombongan.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, lihat Shahiih Abi Dawud : 3442)
Dimanakah sebaiknya ujung sarung / celana?
Dalam hal ini, terdapat tiga keadaan dimana semua keadaan tersebut merupakan sunnah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
- Tepat di tengah betis. ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sarung Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ialah sampai di tengah betis beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Tirmidzi). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Sarung seorang mukmin ialah sampai di tengah betis.” (HR. Muslim)
- Sedikit di atas tengah betis. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sarung seorang mukmin ialah sampai sedikit di atas tengah betis, kemudian sampai tengah betis, kemudian sampai dua mata kaki. Maka barangsiapa di bawah kedua mata kaki, maka dia di Neraka.” (HR. Ahmad dan Abu ‘Awwaanah)
- Di antara tengah betis, hingga mata kaki. Batasan ini bisa diambil dari hadis di atas.
Untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci dalam masalah ini, silahkan meruju’ ke kitab Hadduts Tsaub wal Uzroh, wa Tahriimul Isbaal wa Libaasu Syuhrah karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah.
Tidak memakai emas dan pakaian sutra
Emas dan pakaian sutra haram dipakai oleh kaum laki-laki, tetapi boleh bagi kaum wanita. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Emas dan sutra dihalalkan bagi kaum wanita dari umatku, dan diharamkan bagi kaum laki-laki.” (HR. Ahmad dan Nasaa’i, lihat Shahiihul Jaami’ : 209)
Tidak menyerupai pakaian orang kafir
Diantara sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim
ialah berusaha menyelisihi setiap urusan orang-orang Yahudi, Nashrani,
dan orang-orang Musyrik (hindu, budha, dan selainnya). Penyelisihan ini
mencakup juga penyelisihan dalam hal berpakaian.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, Syakh al-Albani mengatakan, “hasan shahiih”)
Tidak menyerupai wanita
Disadari atau tidak, perkara ini telah tersebar di zaman
sekarang ini. Kita banyak mendapatkan sebagian pemuda yang menyerupai
kaum wanita dalam berpakaian, berhias, dan memilih warna. Padahal,
perkara itu merupakan perkara yang dilaknat oleh Allah
Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita.” (HR. Bukhari 5885)
Beliau juga bersabda, “Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, lihat Shahiihul Jaami’ : 5095).
Bersyukur dan mengamalkan doa-doa yang berkaitan dengannya
Segala kenikmatan yang diperoleh oleh seseorang merupakan karunia dari Allah Ta’ala
semata. Demikian juga dengan pakaian, dimana hal tersebut merupakan
kenikmatan yang sangat agung, juga merupakan karunia dari Allah Ta’ala. Dia Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai
anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian
untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang lebih baik. … ” (QS. al-A’raf : 26)
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita bersyukur atas itu semua, baik dengan hati, lisan, dan anggota badan kita.
Di sisi lain, sebagai bentuk kasih sayang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
kepada kita, beliau telah mengajarkan doa-doa khusus yang berkaitan
dengan pakaian, mulai dari doa ketika kita memakai pakaian baru, doa
kepada orang yang memakai pakaian baru, dan doa-doa lainnya. Maka,
hendaknya seorang muslim bersemangat dalam menghafal dan mengamalkan
doa-doa tersebut. Silahkan meruju’ ke kitab-kitab doa untuk melihat
secara rinci tentang hal ini, misal kitab Hisnul Muslim karya Syaikh Sa’id bin Wahf al-Qahthaaniy hafidzahullaah.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian kepada kita sebagai rezeki dari-Nya, tanpa daya dan kekuatan dari kita.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad, keluarga, shahabat, dan orang-orang yang mengikuti jalan
mereka hingga hari kiamat nanti.
Maraji’ Utama :
- Kitaabul Aadaab, karya Fuad bin Abdul ‘Aziiz Syalhub rahimahullah
- Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah (edisi terjemahan), karya ‘Abdul ‘Aziiz bin Fathi rahimahullah
- Hadduts Tsaub wal Uzroh, wa Tahriimul Isbaal wa Libaasu Syuhrah karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar